Ada kalanya kita terdiam, tersudut dalam sunyi.
Kita meraba dalam penat, apa ini dunia? penuh kepalsuan, tawa di balik tangis, senyuman manis yang berniat iblis.
Semakin kita bertanya, pada kegelapan, kita semakin terpana.
Disana tak ada warna, tak mengenal perbedaaan, tak ditemui emosi, juga tak ada waktu.
Disana kita menjadi dewasa, dalam artian egois tentunya.
Kita bahkan bisa mendikte aku itu kamu, kamu itu aku, seterusnya.
Terkadang yang ada itu sekejap lelah yang menghampiri, lesu menatap kekosongan.
Inikah yang Dia inginkan dari ciptaan-Nya?
Buatan paling sempurna-Nya yang mulai berpaling dari kodrat.
Merasa mereka Pemegang Takdir, Pemegang Semesta. Dan apa yang dilakukan oleh Sang Dia cukup menjadikan yang ada menjadi tiada ataupun sebaliknya.
Dan mereka hanya terpatung, diam, tergetar.
Lalu mereka kembali dalam lembah hitamnya lagi, berteduh, merenung untuk kesekian kalinya.
Di dalam Hitam, dia memohon..
Di dalam Monoton, dia bersyukur..
Di dalam Teduh, dia beristirahat..
Pada akhir pemikiran dia menemukan satu jawaban, tak pernah ia ragukan.
Dia berbeda, tak sejalan dengan manusia lainnya, ia percaya.
Selalu percaya, padahal itulah satunya yang ia punya.
Selain kegelapan yang disukainya.
Jawaban yang mereka selalu ragukan, tapi ia tidak.
Namun Hanyalah dalam gelap ada Harapan Sejati.
Tak ada yang lebih mengerti tentang harapan selain dia.
Dia yang terbungkus olehnya selama bermilenia detik.
Hanyalah ia yang tau tentang berharga nya sepercik harapan.
Tentang cahaya...
siapakah dirinnya, apa yang membuat dia berbeda, bagaimana emosi nya, dan kapankah waktunya?
lagi, ia butuh perenungan..
biarkan dia temukan, dalam harapannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar